Dalam postingan sebelumnya, kita telah sedikit berdiskusi terkait makna pertama dari Falsafah Jawa “Urip mung mampir ngombe”. Makna pertama yang telah dibahas ada dalam penekanan kata “mampir”. Silahkan membaca artikel sebelumnya disini untuk memahami bagaimana kita menyikapi kata mampir tersebut.
Dalam bagian 2 ini, kita akan membahas makna tersembunyi berikutnya dari Falsafah “urip mung mampir ngombe”. Kata kedua yang menjadi penekanan kita tepat berada setelah kata mampir, yakni “ngombe” atau minum.
Kenapa leluhur kita menggunakan kata kerja minum? bukan makan, belajar, bekerja, atau yang lainnya
https://dudunotes.com
Mampir minum, karena utama
Faktanya, minum memang lebih utama ketimbang makan. Sebuah penelitian menyatakan bahwa kita bisa hidup sekitar 7 hari tanpa makan, tapi tidak lebih dari 3 hari tanpa minum. Dilansir dari IDNTimes, Tubuh kita juga memiliki sekitar 60-70% kandungan air. Sebegitu pentingnya minum buat badan kita hingga dalam kondisi kurang air, tubuh akan secara otomatis mengambil dari internal kita sendiri dan pada akhirnya membuat darah kita lebih kental yang tentu saja dapat berakibat fatal.
Leluhur jawa kita terdahulu sudah sangat mengerti tentang pentingnya minum. Oleh karena itu, hidup harus kita isi dengan minum. Artinya, “urip mung mampir ngombe” mengajarkan kepada kita bahwa hidup haruslah kita isi dengan yang paling utama terlebih dahulu.
Kini tinggal kita yang memilih, apa apa saja yang paling utama di dalam hidup kita masing-masing. Apakah berbakti kepada orang tua adalah utama. Apakah setia kepada pasangan adalah utama. Apakah bersyukur setiap hari adalah hal yang utama. Apakah membaca feed reels instagram adalah tiap dua jam adalah utama. Ataukah berzikir mengingatnya merupakan yang utama. Semua hal bisa kita anggap utama atau sebaliknya, kita lah yang menentukan hal tersebut.
Untuk mengetahui hal tersebut, kita bisa memberikan beberapa parameter seperti:
- Apakah orang terdahulu, atau leluhur kita, atau para manusia suci seperti nabi dan Rasul memberikan perhatian lebih kepada hal tersebut?
- Adakah dampak buruk yang ditimbulkan jika kita tidak melakukannya, atau adakah dampak positif yang bisa kita dapatkan ketika kita melakukannya?
Dua parameter di atas dapat kita gunakan untuk menentukan apakah hal yang akan kita lakukan merupakan hal yang utama (baca: minum) atau tidak. Seperti yang kita ketahui bahwa usia dan waktu kita terbatas, itulah kenapa sebuah pepatah bijak menyatakan: “To know the road ahead, ask those coming back”. Parameter apakah orang tua atau orang yang menjadi panutan kita melakukan hal ini dapat digunakan. Jika mereka melakukannya, kemungkinan besar hal itu memang penting.
Apa yang kita dapatkan dari menonton sinetron? apakah tidak menonton sinetron dapat memberikan dampak negatif untuk masa depan kita? atau apakah dengan menonton kita dapat hal positif? ini adalah parameter lain untuk menentukan sesuatu adalah utama atau tidak. Namun, kita harus bisa berpikir jernih untuk menjawabnya. Contoh menonton sinetron tadi adalah contoh yang baik. Dengan atau tanpa menonton sinetron, kita sama-sama tidak akan mendapatkan sesuatu yang penting. Yang ada, aset kita satu-satunya yaitu waktu akan terbuang sia-sia.
Aneh memang, masih saja ada orang yang ingin membunuh waktu/ membuang waktu. Padahal, tidak ada pengusaha yang menjual waktu. Kita semua diberikan jatah yang sama, modal yang sama, 24 jam sehari!
Minum apa? bisa berbeda-beda
Merujuk pada kata-kata minum, leluhur kita dahulu tidak mendefinisikan apa yang diminum. Padahal, seperti yang kita tahu, banyak sekali jenis minuman yang bisa kita minum. Mulai dari yang paling mendasar, air putih. Lanjut ke jenis minuman untuk tamu, seperti teh, sirup, dan kopi. Masih ada juga minuman kaleng dan botol yang beraneka ragamnya.
Hidup di dunia, apa yang kita minum bisa berbeda-beda (baca: takdir). Ada orang yang ditakdirkan minum air putih. Ada juga yang minum teh. Adapula yang minum kopi. Semua cuma minum. Mungkin yang minum teh bisa berbangga diri karena sebelahnya minum air, namun, apakah teh benar lebih baik daripada air putih? Mana yang lebih bisa melepas dahaga kita: air atau teh manis?
Ya, opsi air putih yang paling sederhana, adalah opsi minuman terbaik yang tersedia. Hal ini seolah-olah menyiratkan kepada kita untuk selalu mengambil jalan kesederhanaan. Jalan materi, walau terkesan istimewa atau lebih wah, namun justru akan membuat kita lebih haus lagi. Tidak ada yang salah dengan haus lagi, tapi ingatlah jika kita disini cuma mampir.
Sering terjadi, jika kita tidak mau mengatakan semuanya, orang yang gila materi, semakin dia punya uang, semakin ia menginginkan lebih banyak. Padahal, di atas langit masih ada langit. Artinya, tidak ada yang sejati memenangkan pertandingan ini. Bukankah kita masih ingat kisah orang paling berkuasa di dunia yaitu Firaun. Di puncak kerakusannya, ia menyatakan diri sebagai Tuhan yang menciptakan alam semesta. Padahal, mengatur sistem pencernaannya sendiri saja ia tak mampu.
Tidak ada yang salah kok sebenarnya dengan minum selain air putih. Lagipula, di pembahasan selanjutnya, kita akan membahas bahwa minuman itu sudah terhidangkan. Kita tidak bisa memilih. Yang harus kita lakukan adalah, membatasi diri sendiri untuk tidak berlebihan dengan mengingat selalu bahwa kita hanyalah mampir. Nikmatilah tehmu jika yang disuguhkan adalah teh. Nikmati juga air putihmu karena itu adalah jalan terbaik menujuNya. Yang penting, jangan berlebihan!.
Minumnya sudah ada yang menyiapkan
Yap, hal terakhir yang bisa kita dapatkan dari frase “mampir ngombe” adalah, minumannya sudah ada bahkan mungkin sudah disiapkan. Namanya mampir. Mampir itu ke suatu tempat yang kita sudah tahu yah. Kita bisa mampir ke resto, mampir ke rumah teman, dll. Kalau tujuannya adalah mampir minum, berarti tempat yang kita singgahi sudah pasti menyediakan minuman.
Tugas kita hanyalah menjaga sopan santun dan adab selama mampir tersebut. Perihal disuguhi apa oleh pemilik tempat mampir, ah itu nikmati saja. Kalau kamu sudah dekat dengan pemilik tempat, itu sebuah previllage. Artinya mungkin kamu bisa memesan minuman khusus, atau sang empu pemilik tempat sudah hafal dengan minuman favoritmu.
Beruntung lagi kalau kamu malah dipersilahkan untuk langsung ke dapur mengambil minuman yang kamu mau. Tapi, lagi-lagi itu hanya terjadi kalau kamu sudah dekat dengan sang empu pemilik tempat mampir.
Kita hidup di dunia, pemilik dunia, serta langit dan segala isinya adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Beruntunglah engkau jika telah mengenal beliau.
Tanpa kenal Beliau pun, sudah pasti kamu bisa minum kok. Itu dijamin lho. Tuhan sudah menulis segalanya dari awal hingga akhir, tidak ada satu hewan melata pun di dunia ini yang tidak dijamin rizki nya oleh Allah. Tapi perlu diingat, jaminan itu bukan jaminan kaya atau berlimpah. Minimal adalah cukup, bukan berkekurangan. Tuhan Yang Maha Kaya tidak pernah menjadikan hambaNya berkekurangan. Pasti cukup.
Jika ada diantara kita yang merasa kekurangan, coba renungkan kembali. Sudah berapa lama kamu merasa kurang? faktanya kamu masih hidup hingga kini? itu artinya cukup. Eh, tapi situasinya gak enak. Yah, itu kan cuma ada di pikiran kita. Kalau kita mengubah mindset menjadi enak, otomatis berubah juga kok situasinya. Ingat cerita Abunnuwas yang dimintai nasihat perihal rumah yang terasa penuh? ia justru menyuruh temannya tsb untuk memelihara ayam, kambing, dll di dalam rumah. Ini cuma perihal manajemen otak.
Sumenep, 12 May 2022