The Power of Now
Tukang cilok pernah mengajari saya tentang makna The Power of Now. Saking hebatnya ajarannya tersebut, dia sanggup menyamarkan ajarannya dengan lelucon dan trik marketing. Trik marketing ini berbunyi “Sekarang Beli, Besok Gratis…“. Ya, trik marketing ini saya pelajari dari seorang penjual pentol aka cilok aka cilot.
Semasa saya sekolah dulu, saya pernah melihat seorang penjual Pentol yang unik. Sebenarnya secara rasa, pentol ini tidak ada yang special. Secara kemasan juga masih sama dengan penjual yang lain. Penjual nya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Gerobaknya pun biasa saja. Lalu kenapa saya bilang unik? ternyata di gerobak pak Pentol ini, tertulis sebuah tulisan seorang marketer hebat kelas dunia. Tulisan ini berbunyi “Sekarang Beli, Besok Gratis…”
Sekilas tulisan ini rasanya aneh. Bagaimana mungkin dia bisa menawarkan dengan cara ini, apalagi dapat untung dari cara ini. Sekarang setiap pelanggan diminta untuk membeli, namun besok ada janji surga untuk tidak usah beli aka gratis. Benarkah bisa seperti itu? Anda yakin? apakah ada yang salah dengan tulisan ini? Pikirkan sekali lagi.
Sekarang saya beli. Besok saya dapat gratis. Adakah sebenarnya “besok” itu?
Tahukah Anda bahwa sering marah-marah adalah tanda dari stress?
Keesokan harinya…
Ke esokan harinya saya mencoba mendatangi pedagang pentol yang kemarin saya beli. Saya menagih janji untuk mendapatkan gratisan pentol. Namun, tahukah Anda apa yang dikatakan Pak Pentol?
Dia bilang, “baca tulisannya sekali lagi, sekarang beli, besok gratis“. Berarti saya sekarang harus? beli. Besok lagi kalau ke tukang pentol saya harus? beli. Sekarang akan selalu beli. Besok tidak akan pernah ada karena besok akan jadi sekarang dan sekarang masih memiliki besok. Luar biasa bukan?
Seringkali kita semua tertipu dan terperdaya dengan teori semacam ini. Dalam hidup, kita terlalu sering mengandalkan besok. Besok saya akan belajar, besok saya akan bekerja lebih giat, besok saya akan berhenti melakukan ini, saya akan mulai melakukan ini. Besok saya akan lebih berbakti pada orang tua. Besok saya akan bla bla bla..
The Truth about tomorrow
Sir, the fact is we only have today. Besok hanyalah ilusi. Apa yang pasti kita miliki adalah saat ini. Sekarang. Itulah kenapa dalam bahasa inggris, saat ini disebut the present/ hadiah. Lakukan saja semua yang kita bisa lakukan saat ini sebaik baiknya. Kalau kita mau tersenyum, tidak perlu menunggu besok. Kalau kita mau merasa bahagia, tidak perlu menunggu besok ketika kita punya rumah besar mobil mewah istri cantik dan anak lucu-lucu. Tersenyumlah sekarang. Bahagialah sekarang. Tidak ada seorangpun yang bisa menjamin sesuatu akan terjadi besok.
Kalau kita janji besok akan ini itu, tidak ada yang bisa jamin kita akan benar benar melakukannya. Seringkali justru kita terpenjara dalam teori Sekarang beli besok gratis itu tadi. Keesokan harinya, hari dimana kita janji, ini itu datang, kita akan mengatakan besok lagi dan lagi.
Peluklah hari ini sebaik mungkin. Hari ini adalah hadiah. Berterima kasih lah kepada orang orang baik disekitar anda hari ini, ketika anda masih memiliki kesempatan. Penuhi hati Anda dengan kebaikan dan keteduhan ketika memandang orang lain. Bukan karena apapun, namun karena hari ini adalah hari terakhir Anda bisa menemui mereka. Kalau hari ini adalah hari terakhir Anda, apakah kita masih sempat untuk bersedih? apakah kita masih sempat untuk mengeluhkan ini dan itu yang tidak berjalan sesuai dengan kehendak kita?
Ada 3 hal yang sulit dikatakan karena biasanya menunggu besok saja:
- Aku mencintaimu
- Terima kasih
- Maafkan aku
Sudahkah kita mengucapkan ketiga hal di atas pada orang terdekat kita? jangan cuma di sosmed lho ya…
Semoga kita bisa hidup sebaik baiknya hari ini. Saya bisa menulis tulisan ini karena saya tidak percaya saya bisa menulis tulisan ini lagi besok. Semoga bermanfaat!
Ditulis 18 oktober 2016, Di edit 13 April 2023
Related posts:
- Hikmah Puasa Ramadhan #1: Relativitas dunia
- Hikmah Puasa Ramadhan #2: Kekuatan Niat
- Hikmah Puasa Ramadhan #3: Belajar mengendalikan diri
- seri falsafah jawa “Urip mung mampir ngombe”: Kenapa harus “ngombe”? (Bagian 2)
- Life awareness: Seni menyadari kehidupan agar hidup masuk akal
- Cari uang untuk apa? framing dan sudut pandang kisah si miskin yang telah santai
- Pulang: sudahkah kita merindukannya?