The Power of NIAT
Melanjutkan posting saya sebelumnya tentang hikmah puasa ramadhan, kali ini saya akan membahas masalah kekuatan niat. Salah satu rukun dalam ibadah puasa adalah niat.
Niat posisinya sangat penting di dalam setiap ibadah. Tanpa niat, bisa dikatakan ibadah kita tidak sah atau batal. Seseorang yang berpuasa dengan niat untuk kesehatan, maka ia akan mendapatkan sesuai apa yang dia niatkan. Namun, jika seseorang berpuasa dengan niat untuk mencari ridho Allah, insyaAllah ridho Allah sudah sangat jauh lebih dari cukup, ketimbang kesehatan. Niat puasa untuk
Saya tidak ingin membahas tentang fikih niat. Saya ingin membahas niat dari sudut pandang lain. Percaya atau tidak, seseorang yang sudah niat puasa lillahi ta’ala, akan jauh lebih kuat puasanya ketimbang orang yang tidak punya niat sama sekali pada saat sahur atau pada saat malam harinya.
Cobalah.
Seseorang yang memang sudah sangat senang dengan datangnya bulan Ramadhan, lalu dibarengi dengan niat yang serius ingin mencari Ridho Tuhannya, apapun yang terjadi, puasanya pasti kuat. Walau satu warga kota tersebut semuanya tidak berpuasa!
Seseorang yang sudah punya niat kuat, walaupun kerjanya sangat keras, dilapangan, menjadi kuli bangunan, di terik matahari seharian, puasanya pasti kuat!. Saya sering menjumpai orang orang semacam ini. Hampir kesemuanya, ketika ditanya, kok kuat pak? ya semua tergantung niatnya!
Jauh berbeda dengan orang yang tidak punya niat. Tak ada alasan ikut puasa selain cuma ikut ikutan biar tidak dikatain kafir. Atau sekedar tidak enak sama keluarga yang lain. Jangankan sampai jam 6 sore, jam 8 pun orang semacam ini sudah pasti tergoda untuk membatalkan puasa.
Bahkan, walaupun dia hidup di lingkungan mayoritas muslim, dimana tidak ada yang jualan makanan ketika bulan puasa, tetap saja, namanya tidak niat ya tidak akan kesampaian. Rasanya matahari akan terasa lebih terik dari biasanya. Tenggorokan akan terasa lebih kering dari biasanya. Itulah bawaan niat.
Kedudukan niat: Mencari Ridho Allah atau mencari selainnya?
Dari hikmah ini, kita bisa pahami bahwa kedudukan niat bukan main main. Di dalam ibadah maupun diluar ibadah, niat menduduki peringkat wahid yang harus ditata. Permasalahannya, tidak ada yang bisa tahu niat seseorang karena niat letaknya di hati masing masing.
Selain itu, niat bisa berubah ubah. Tergantung kita sendiri yang mengarahkannya. Sebuah artikel menarik pernah saya baca di salah satu halaman online. Artikel tersebut membahas kemampuan Kyai Bisri Mustofa (ayah Gus Mus) yang sangat hebat karena telah menulis lebih dari 100 judul buku. Ketika ditanya apa rahasianya kok bisa menulis sebanyak itu, Kyai Bisri Mustofa berkata:
“ketika menulis, niatkan untuk mencari popularitas, mencari uang, mencari dunia. Dengan begitu, setan justru akan mendukung kita. Kalau kita menulis dengan niat di awal adalah lillahi ta’ala, bisa dipastikan setan setan akan datang untuk mengganggu kita agar tulisan kita tidak selesai. Nah, barulah Setelah tulisan kita selesai, kita tata niat kita kembali untuk mencari Ridho Allah. “
dalam budaya jawa pun, dikenal istilah yen niat meski kelakon, mergane ora kelakon kuwi krana ora niat. Luar biasa. Niat bahkan bisa menjadi landasan awal untuk mengatakan kita akan berhasil atau tidak. Pastikan niat kita benar. Dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, lakukan semua kegiatan kita untuk ibadah kepadaNya.
Semoga kita semua menjadi orang yang ahli dalam menata niat, dalam semua kegiatan kita. Aamiin.