Hikmah Puasa dari kutub lainnya.
Dalam beribadah puasa Ramadhan tahun ini, 1438 H, terbersit dalam benak saya untuk menulis hikmah hikmah yang bisa kita petik dari ibadah ini. Alasannya sederhana. Mohon maaf, bukannya saya sombong, mungkin Anda pun merasakannya. Apa yang disampaikan oleh Ustad, Daí, maupun penceramah di masjid, tivi, musholla, hampir semua nya telah kita dengar di tahun tahun sebelumnya. Saya, 28 tahun, merasakannya. Lalu bagaimana dengan orang yang lebih tua dari saya?
Mohon jangan anggap saya sombong karena saya memang sombong (Lhoh! wkwkwk). Harapan saya hanyalah mendengar sesuatu yang baru, agar ilmu kita semakin bertambah, keimanan kita bertambah, dan kedewasaan kita dalam beragama semakin bertambah. Memang, tidak adil jika saya klaim hal ini mewakili diri sendiri. Orang akan berkata yang pernah dengar kan kamu, bagaimana dengan adik-adik kamu yang baru saja merasakan tarawih tahun ini? baru mendengar ceramah tahun ini? bagaimana dengan para muallaf yang tidak pernah mendengar hikmah yang pernah kamu dengar?
Well, kalau ditanya seperti itu ya saya cuma bisa diam. Pendapat tersebut benar dan tidak salah. Mungkin memang forum di masjid, musholla, di tivi, adalah forum umum. Disana berkumpul berbagai macam kalangan kaum muslim. Oleh karena itu, sebisa mungkin apa yang disampaikan adalah hal hal yang bersifat umum. Tidak eksklusif untuk golongan A, maupun golongan B. Sedangkan apa yang saya minta, adalah khusus untuk yang telah mendengar ceramah itu. Lagipula, bukankah Sayyidina Ali pernah berkata: “jika engkau mendengarkan suatu ilmu, dengarkan dengan baik. Jika engkau sudah pernah mendengarkannya, maka dengarkan seolah engkau baru pertama kali mendengarnya.“
Wah, susah juga ya. Karena itu, saya kemudian tetap menulis artikel ini. Lho kok? iya, motivasinya bukan untuk menyindir para ustad yang berceramah dengan materi itu itu saja, tapi adalah untuk menambah khazanah ramadhan. Siapa tau bermanfaat buat yang membaca, terlebih buat yang menulis agar menjadi pengingat untuk semakin bertaqwa.
Eh, jauh amat ngomongnya mas bro. Apa yang saya tulis kan cuma pandangan pribadi, bukan pandangan al quran, apalagi mewakili umat islam. Semua yang akan saya tulis hanyalah berdasarkan penafsiran saya pribadi, bahkan cenderung tanpa dalil. Mohon dimaklumi jika tulisan saya menurut Anda hanyalah sebuah sampah. Cukup di skip dan tidak dibaca daripada harus membuang umur sia sia.
Hikmah Ramadhan #1 : Relativitas Dunia.
Dunia ini sangat relatif. Bahkan, seorang Einstein pun sudah menerbitkan hukum relativitas.
Nah, apa saja relativitas yang bisa kita temukan di bulan Ramadhan? setidaknya ada 3 relativitas yang saya temukan sbb:
Hikmah Ramadhan 1: Relativitas kebutuhan gizi manusia.
Ahli gizi zaman ini pasti menyebutkan bahwa untuk mencapai hidup yang sehat, Anda harus makan 3x sehari dengan gizi seimbang, serta minum air 2.5 liter sehari. Faktanya, orang yang berpuasa justru sehat. Padahal, yang kita makan hanyalah 2x sehari. Wah, kemana saja makanan kita yang ke-3 setiap hari ya? orang yang makan 2x sehari nyatanya bisa hidup normal. Bahkan tanpa air dari terbit matahari sampai terbenamnya matahari. Artinya, badan kita sebenarnya sangat kuat. Kuat untuk tetap beraktifitas meski hanya makan 2x sehari. Lebih extreme lagi, setiap orang pasti merasakan. Bahwa menjelang akhir ramadhan, rasanya makin malas untuk sahur. Sahurpun cukup dengan segelas air. Artinya? 1x makan pun kita sudah cukup.
Bahkan, beberapa negara subtropis puasanya malah lebih panjang. Apakah mereka sakit setelah puasa? atau ada yang mati gara gara berpuasa hingga 18 jam? jawabannya adalah tidak ada dan tidak akan pernah ada. Kalaupun suatu hari nanti ada, saya pastikan pasti ada yang salah dengan puasanya. Entah salah niat, entah salah tata cara, dan lain sebagainya. Nah, kalau begitu, berarti badan kita jangan jangan bisa menerima yang lebih xtreme lagi ya.
Bukan cuma makan, tidur pun begitu. Ahli kesehatan mengatakan tidur cukup adalah 8 jam sehari. Pada waktu kita berpuasa, bukan kita ding, coba tengok ustad ustad. Mereka aktif mengaktifkan malam ramadhan. Sahur dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah. Berapa jam kah tidur mereka? saya rasa kurang dari 3 jam. Apakah mereka sakit? tidak, justru mereka sangat sehat. Mengalahkan saya yang selalu tidur setelah sholat subuh.
Hikmah Ramadhan 2: Relativitas Nafsu
Hanya orang yang berpuasa yang bisa membayangkan apa yang saya tulis ini. Anda pasti pernah merasakannya, sesaat sebelum berbuka puasa, kira kira apakah Anda merasa bisa menghabiskan satu galon penuh? Bukan cuma galon, menjelang berbuka puasa, saya pribadi bisa membeli lebih dari 3 jenis cemilan takjil, lebih dari 2 jenis minuman, dan masih ditambah dengan makanan utama. Seolah, perut saya ini bisa makan dan minum semuanya sekaligus.
Lantas, apa yang terjadi setelah adzan magrib berkumandang?
Baru saja satu gelas, perut rasanya sudah kenyang! Ini adalah tipuan nafsu. Begitulah nafsu, seperti iya, namun ternyata tidak. Hal ini lah yang diajarkan oleh puasa Ramadhan. Percayalah, sekaya apapun Anda, sebanyak apapun uang Anda ditabungan, atau se hebat apapun jabatan Anda di kantor, Anda hanya perlu makan sedikit, secukupnya untuk menegakkan punggung Anda dalam beribadah!. Walaupun mobil Anda ada 10, yang dipakai cuma satu kok bergantian. Walaupun Anda bisa membeli 10 karung beras sekaligus, namun Anda cuma bisa makan maksimal 2 piring sekali makan. Itu pun rasanya di badan sudah sangat tidak enak. Ya, kekenyangan itu tidak enak. Tidak enak untuk apapun. Kekenyangan hanya enak untuk tidur, dimana kenyang+tidur = penyakit!.
Jangan pernah iri punya istri kalah cantik dibanding tetangga. Itu hanya jebakan nafsu. Sepertinya memang enak, Faktanya, banyak orang punya istri cantik yang justru tidak bisa ibadah dengan tenang. Was was dan khawatir istrinya di goda oleh lelaki lain. Istri cantik perawatannya mahal. Makanannya khusus, dan kemana-mana perlu ajudan. Sudahlah, itu hanya fantasi saja.
Kalau kata orang jawa, sing iso rumongso, ojo mung rumongso iso. Pahamilah batasan diri kita. Batasan perut kita. Batasan kemampuan kita. Batasan rezeki kita. Batasan ilmu kita. Batasan akidah kita. dsb.
Hikmah Ramadhan 3: Relativitas Waktu
Bagi saya pribadi (belum tentu sama dengan yang Anda rasakan loh ya), waktu di bulan Ramadhan rasanya berbeda. Berbeda bagaimana? rasanya begini, seperti sangat panjang untuk waktu sebelum dhuhur, namun sangat cepat untuk waktu setelah dhuhur.
Jika sebelum dhuhur rasanya menanti adzan magrib lama sekali, namun setelah dhuhur, semua terasa cepat sekali. Tiba tiba ashar. Dan ashar hanya sekejap saja sebelum magrib. Habis magrib, tiba-tiba saja sudah saatnya tarawih. Habis tarawih, jalan jalan sebentar, tiba tiba saja sudah sahur kembali.
Tidak hanya itu, rasanya baru kemarin memulai puasa, tiba tiba kita sudah di tengah bulan Ramadhan, kemudian tiba tiba sudah 3 hari sebelum hari raya Idul Fitri. Baru kemarin sepertinya kita puasa, eh tiba tiba lagi kita kedatangan ramadhan. Alamak! waktu serasa cepat sekali.
Tidak heran jika agama mengatakan bahwa kehidupan dunia hanyalah sebentar sekali, jika dibandingkan kehidupan akhirat. Suatu hari nanti, saya akan terkaget kaget ketika membaca kembali tulisan saya ini, ketika saya sudah berumur ke sekian. Kok sudah berumur sekian?
Dari sinilah, banyak ulama menasehatkan kepada kita untuk tidak menunggu sesuatu dalam melaksanakan amal. Kalau waktunya sudah masuk subuh, ya segeralah sholat subuh. Jangan menunggu magrib ketika sedang subuh. Kita akan kebelinger! Sama halnya, kapan kita harus taubat? ya sekarang saja. Gak perlu nunggu syarat yang aneh aneh. Besok dosa lagi, ya taubat lagi.
Kalau masih muda, gunakan sebisa mungkin usia untuk produktifitas, belajar, berprestasi, bekerja, dan beribadah!. Jangan pernah menunggu tua atau berangan angan tentang masa tua. Hakekat ibadah juga seperti itu. Sebelum matahari terbit, sholatlah, namanya sholat subuh. Di saat matahari di atas, sholatlah, namanya sholat dhuhur. di saat matahari mulai tergelincir, sholatlah, namanya sholat ashar. Di saat matahari tenggelam, sholatlah, namanya sholat magrib, dst. Kalau pas kaya, ibadahnya ya sedekah. Kalau pas berdosa, ibadahnya ya taubat. Kalau pas ramadhan, ibadahnya ya puasa.
Di saat masuk masjid, sholatlah, namanya sholat tahiyat masjid. Di saat gerhana, sholatlah, namanya sholat gerhana. Setelah wudhu, sholatlah, namanya sholat sunnah wudhu. Di saat ada yang meninggal, sholatlah, namanya sholat jenazah.
Subhanallah. Agama islam sangat menghargai waktu demi waktu. Hanya orang islam yang tidak boleh lupa waktu. Kalau sampai lupa waktu, lupalah semua kewajiban nya yang terkait dengan waktu.
Sekali lagi, jangan tunggu hal lain dalam beribadah. Itu adalah jebakan setan. Jangan ber angan angan waktu yang belum datang. Nikmati setiap hela napas dengan rasa syukur. Gunakan setiap hela napas untuk memenuhi tujuan kita hidup, beribadah kepadaNya.
29 Juni 2017,
edited on 8 April 2023