Perhatikan 6 hal ini agar tetap kritis dan waras di zaman konten

Bagaimana cara menjadi kritis dan tetap waras dalam menyikapi informasi di era informasi seperti sekarang? Bukan cuma informasi, saat kita dihadapkan pada era konten. Semua orang berlomba membuat konten. Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak kita, apalagi jika kita adalah orang tua. Hari ini banyak bermunculan berita-berita palsu atau hoaks yang beredar di media sosial. Apalagi, kita juga rentan terjebak dalam framing dari penulis/ pembuat konten yang mungkin memiliki agenda tertentu atau bias tertentu dalam menyajikan informasi.

Lebih jauh, kita juga bisa terjebak dalam echo chamber sosial media. Echo chamber adalah efek yang membuat kita hanya mendengar dan melihat informasi yang sesuai dengan pandangan atau preferensi kita saja. Hal ini membuat kita tidak mendapatkan perspektif yang beragam dan kritis. Alih-alih mendengar pendapat atau perspektif dari kubu lawan, kita justru terjebak dalam lingkaran orang-orang yang sejenis preferensinya dengan kita.

kritis karena ada echo chamber

echo chamber dalam sosial media

Lalu, bagaimana untuk tetap menjadi kritis dalam menyikapi konten dan informasi yang sangat mudah di dapat hari ini? bagaimana cara memfilternya? Berikut terdapat beberapa tips sederhana yang bisa kita lakukan dalam menyikapi era konten hari ini:

1. Kritis pada sumbernya

Jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak jelas asal-usulnya atau tidak memiliki sumber yang kredibel. Cari tahu siapa penulisnya, apa latar belakangnya, apa afiliasinya, dan apa tujuannya dalam menyampaikan informasi tersebut. Jika perlu, bandingkan dengan sumber-sumber lain yang lebih terpercaya atau independen. Jika kita melihat konten di tiktok misalnya, perhatikan lah nama akunnya. Apakah namanya alay, atau namanya profesional. Bukalah profil akunnya. Lihat apa yang ia selalu upload. Dari sini niscaya kita akan bisa menarik benang lurus terkait maksud dan tujuan dari pembuat konten tersebut.

Salah satu hal lainnya yang bisa dijadikan tolok ukur adalah seberapa lama akun tersebut ada. Jika akunnya baru, bisa jadi hanya buzzer yang baru dibuat. Hari ini, banyak sekali akun buzzer sengaja dibuat hanya untuk memperkuat framing-framing yang dikembangkan oleh dalang dibalik konten tersebut. Artinya, sumber akun ini tetap satu.

Jika kita sangat suka dengan seorang tokoh nasional misalnya, perhatikan jika pasti ada saja pihak yang tidak suka dengan tokoh tersebut. Pihak yang suka, akan melambung-lambungkan namanya ke langit bahkan melebihi aslinya. Sebaliknya, pihak yang tidak suka, akan melakukan berbagai cara termasuk membuat hoax untuk menjatuhkan nama baik tokoh tersebut. Disinilah pentingnya Kamu kritis terhadap sumber informasi.

2. Kritis pada fakta informasi

Selalu cek fakta informasi. Jangan mudah terpengaruh dengan informasi yang mengandung klaim-klaim sensasional, provokatif, atau menyesatkan tanpa bukti yang kuat. Cari tahu apakah ada data atau fakta yang mendukung informasi tersebut, apakah ada saksi mata atau ahli yang bisa memberikan konfirmasi atau klarifikasi, dan apakah ada lembaga atau organisasi yang bisa melakukan verifikasi atau faktualisasi.

Sebuah video dengan teknologi AI saat ini bahkan bisa diplintir dan di modifikasi. Perhatikan dengan baik tanggal pembuatan video tersebut. Apakah ada orang lain yang menyebarkan konten yang sama? apakah sudut pandangnya sama? sudahkah Anda mencari dengan kata kunci sebaliknya?

Banyak berita sengaja dibikin sensasional untuk mendapatkan klik atau istilahnya clickbait. Jika kamu membaca judul: Surabaya mencekam misalnya, apakah semencekam itu sehingga seluruh daerah di Surabaya merasakan rasa mencekamnya? jika kejadian hanya di surabaya timur, jangan-jangan cuma disana saja yang mencekam sementara daerah lain baik baik saja.

3. Kritis pada konteks informasi

Selalu cek konteks informasi. Jangan mudah terkecoh dengan informasi yang disajikan secara tidak utuh, tidak akurat, atau tidak relevan dengan situasi dan kondisi saat ini. Cari tahu apakah ada informasi lain yang berkaitan dengan informasi tersebut, apakah ada peristiwa atau kejadian yang menjadi latar belakang atau penyebabnya, dan apakah ada dampak atau implikasinya bagi kita dan masyarakat.

Disini kita dituntut untuk tidak langsung menelan mentah-mentah apa yang disampaikan oleh seseorang melainkan harus berpikir lebih luas dengan helikopter view. Jangan mudah terkecoh meski orang tersebut tampak pintar atau bahkan hafal hingga halaman berapa baris keberapa. Sebagai contoh, jika melihat adegan seorang laki laki sedang memukul perempuan. Jangan buru buru menghakimi sang laki-laki dan berkata bahwa laki-laki ini jahat. Pelajari dulu apa konteks laki-laki ini memukul perempuan tersebut. Apakah dia punya alasan yang sangat kuat untuk memukul perempuan. Siapa perempuan itu, apa hubungan laki laki dan perempuan tersebut. Di sinilah pentingnya memahami konteks dalam membaca informasi.

4. Kritis pada sudut pandang informasi

Selalu cek sudut pandang informasi. Jangan mudah terbawa dengan informasi yang hanya menampilkan satu sisi saja atau tidak memberikan ruang untuk perbedaan pendapat atau kritik. Cari tahu apakah ada sudut pandang lain yang berbeda atau bertentangan dengan informasi tersebut, apakah ada argumen atau alasan yang logis dan rasional di baliknya, dan apakah ada fakta atau data yang bisa membantah atau menyanggahnya. Jika mereka menyajikan data, seberapa kuat data tersebut? seberapa valid jika diuji? dan sudahkah Anda yakin data tersebut benar? jangan-jangan kita cuma disuguhi data palsu yang disusun sedemikian hingga hanya untuk framing sesat mereka.

Sudut pandang sangat krusial dalam kaitannya kritis terhadap informasi. Sebagai contoh, bayangkan kamu sedang berpendapat tentang aksi harimau memakan anak sapi. Jika kamu menggunakan sudut pandang sapi, harimau disini amatlah jahat. Jika kamu menggunakan sudut pandang anak harimau yang kelaparan menunggu ayahnya mencari makan, disini tidak ada masalah. Rantai makanan di hutan memang seperti itu, dan faktanya, tidak ada sapi punah karena dimakan harimau.

5. Kritis dengan diri sendiri

Selalu cek diri sendiri. Jangan mudah terpengaruh oleh emosi atau prasangka kita sendiri dalam menanggapi informasi. Cari tahu apakah kita memiliki pengetahuan atau pemahaman yang cukup tentang topik tersebut, apakah kita memiliki bias atau preferensi tertentu yang bisa memengaruhi penilaian kita, dan apakah kita bersedia untuk mendengarkan dan menghargai sudut pandang lain yang berbeda dari kita.

Hal ini menuntut kedewasaan dalam cara kita berpikir. Ingat, terlalu mencintai sesuatu atau terlalu membenci sesuatu, dapat membuat kita berbuat tidak adil. Ada orang mengkritik agama tertentu, dengan kacamata agamanya sendiri. Mana nyambung. Agama tidak berhak dikritik oleh orang diluarnya. Agama hanya boleh ditertawakan oleh orang orang yang telah menjalani ajarannya sendiri.

6. Kritis pada perubahan

Informasi dan konten berdiri pada satu titik waktu. Artinya, dia bisa menjadi tidak relevan seiring dengan berjalannya waktu. Semua hal berubah, termasuk pikiran dan sikap manusia. Jika kamu melihat jejak digital seseorang yang sangat benci dengan seseorang lainnya, adalah hak dia jika saat ini dia mengubah sikapnya karena satu dan lain hal. Siapa tahu jadi kenal lebih baik, tadinya gak pernah ngobrol, sekarang ada kesempatan bekerja bersama sehingga dia mengoreksi apa sikapnya yang dulu-dulu.

Jika diri kita sendiri saja sangat ingin dimaklumi atas kebodohan dan kekhilafan kita di masa yang lalu, kenapa kita tidak membuka diri terhadap keinginan orang lain yang sama seperti itu?

Penutup

Dengan melakukan tips-tips di atas, kita bisa menyikapi informasi di era informasi seperti sekarang dengan lebih bijak dan kritis. Kita bisa memfilter berita dan informasi lebih baik tanpa terjebak framing dari penulis dan tidak terjebak dengan echo chamber sosial media. Kita juga bisa meningkatkan literasi informasi kita sebagai warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab. Ingat di era seperti sekarang, seseorang sangat mudah meng-hire buzzer, konten kreator, dan pekerjaan2 baru lainnya yang dulu tidak pernah kita kenal.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *