Scalability: Kunci wajib no 1 untuk validasi ide bisnismu

Scalability. Satu kata yang amat penting untuk di diskusikan sebelum memulai sebuah bisnis. Bagaimana tidak, salah satu faktor yang sangat menentukan kesuksesan sebuah bisnis adalah scalability. Scalability adalah kemampuan bisnis untuk tumbuh dan berkembang tanpa mengorbankan kualitas produk atau layanan yang ditawarkan, serta memperhitungkan kemungkinan munculnya kompetitor. Bisnis yang scalable memiliki potensi untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan cepat (mudah di copy paste) namun tidak mudah ditiru oleh kompetitor (tetap punya ramuan rahasia) sehingga market dapat dijaga tingkat kejenuhannya.

scalability bisnis
Bisnis yang punya scalability bernilai lebih dimata investor

Validasi ide bisnis: Benarkah bisnis saya oke dan menjanjikan?

Sebelum memulai bisnis, Kamu perlu melakukan validasi terlebih dahulu. Proses validasi ide bisnis adalah proses untuk menguji apakah ide bisnis kamu layak untuk dijalankan atau tidak. Validasi ide bisnis penting untuk membantu kamu menghindari risiko kegagalan, menghemat waktu dan biaya investasi, serta menemukan peluang dan masalah yang jika sudah di petakan dari awal, akan mudah diselesaikan ketika benar terjadi.

Lalu, bagaimana cara validasi ide bisnis dengan menilai scalability-nya? Berikut beberapa poin penting yang bisa kamu jadikan acuan.

Masalah: cukupkah besar?

Lakukan Identifikasi masalah yang ingin kamu selesaikan dengan bisnis kamu. Kemudian, tanyakan hal ini pada dirimu sendiri: “Apakah masalah tersebut nyata dan dirasakan oleh banyak orang?” jangan jangan, apa yang sedang kamu pikirkan hanyalah fantasi kamu sendiri. Kalau memang dirasakan, seberapa pahit atau seberapa sakit orang karenanya? mungkin sebuah masalah dirasakan banyak orang, tapi hal tersebut tidak begitu dramatis mempengaruhi hidup mereka. Jika kamu memecahkan masalah yang seperti ini, bisa dipastikan orang tidak punya motivasi lebih untuk mencoba solusimu.

Terakhir, apakah solusi yang kamu tawarkan dapat memecahkan masalah tersebut dengan efektif dan efisien? jangan jangan solusi yang kamu tawarkan malah bikin semuanya makin ruwet. Dalam hal ini, kamu harus memakai semboyan Pegadaian, yaitu mengatasi masalah tanpa masalah. Jika kamu memecahkan masalah orang namun membuatnya menghadapi masalah baru, wah solusimu perlu diragukan untuk dapat dikatakan memiliki scalability yang bagus.

Target market: Seberapa besar?

Kamu bisa melakukan riset pasar untuk mengetahui ukuran, segmentasi, dan kebutuhan pasar yang menjadi targetmu. Apakah pasar tersebut cukup besar dan potensial untuk bisnis kamu? Apakah ada pesaing yang sudah menawarkan solusi serupa atau berbeda? jika tidak ada, seberapa mudah pesaing bisa masuk ke pasar ini dan memberikan layanan yang sejenis/ serupa? Bagaimana cara kamu membedakan diri dari pesaingmu nanti ketika mereka datang?

Ada seorang founder yang pernah meeting dengan saya. Dia membawa solusi yang dia klaim pasarnya sangatlah besar. Ketika saya tanya, adakah sudah pihak yang menyukainya dan mengatakan tertarik untuk menggunakan jasanya? dia bilang masih proses. Kalimat masih proses ini terjadi bahkan setelah beberapa bulan saya kembali bertemu dengannya.

Hal ini membuktikan bahwa untuk masuk ke pasar, tidak semudah yang kita bayangkan. Apalagi, pasar itu adalah pasar Business to business atau B2B. Pasar B2C saya, rimbanya sudah luar biasa. Ukuran seberapa banyak market yang bisa kita caplok mencerminkan dengan jelas berapa valuasi dari bisnis yang akan kita jalankan. Semakin besar, dengan pengukuran valid, maka semakin baik juga bisnis kita dalam segi scalability.

Test the water: buatlah MVP

Untuk menguji seberapa baik ide bisnis dalam urusan scalability, kamu bisa buat prototipe atau minimum viable product (MVP) dari produk atau layanan kamu. MVP adalah versi sederhana dari produk atau layanan Anda yang memiliki fitur-fitur inti untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. MVP tidak perlu memiliki banyak fitur canggih atau advanced. Tujuan utama dari MVP adalah memenuhi kebutuhan calon pelangganmu yang sangat spesifik dan meminta feedback pada pelanggan spesifik tersebut. Bisa jadi, pelanggan spesifik ini tidak terlalu besar karena fitur kamu belum sempurna. Hal ini tidak masalah, mengingat tujuan dari MVP adalah untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan secara cepat dan murah.

Agar lebih efisien, kamu bisa melempar surat ketertarikan kepada calon pelanggan (LOI – letter of intent). Kamu bisa mempresentasikan solusimu kepada mereka dan menanyakan kesediaan mereka untuk menggunakan produk/ jasa kamu ketika produk kamu sudah jadi nanti. Tidak perlu takut, rasanya sangat menyenangkan kok mempresentasikan produk/ jasa kita di hadapan konsumen utamanya. Secara langsung, mereka akan memvalidasi apakah ide-ide kita real terjadi di lapangan dan valid untuk diwujudkan. Jika tidak, maka feedback yang amat sangat bermanfaat akan kita dapatkan dari calon pelanggan kita secara langsung, selain bonus relationship yang bisa kita jaga sampai kapanpun.

Next: how to scale?

Apakah bisniskamu dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah jika ada permintaan yang meningkat? Apakah ada hal-hal yang perlu kamu perbaiki atau tambahkan pada produk atau layanan kamu ketika dia berkembang ke tempat lain? apakah akan ada penyesuaian target market ketika produk/ jasa kamu dibawa melintasi lautan dan benua lain?

Ide-ide ini sederhana namun menjadi tolok ukur yang kuat untuk mengukur seberapa scalable bisnis yang sedang kamu kembangkan. Bayangkan seorang Jeff Bezos yang berhasil membawa solusinya untuk seluruh dunia. Pada akhirnya, seberapa besar kesuksesan kamu nanti akan ditentukan oleh scalability dari ide yang kamu punya. Semakin dia menyelesaikan masalah bagi banyak orang, maka dia akan semakin scalable.

Penutup

Dengan melakukan validasi ide bisnis dengan menilai scalability-nya, Kamu dapat memastikan bahwa bisnismu memiliki prospek yang baik di masa depan. Selain itu, Kamu juga dapat menarik investor yang tertarik untuk mendanai bisnis tersebut karena melihat potensi pertumbuhan dan keuntungan yang besar dari bisnismu. Di sisi lain, pertimbangkan untuk mengambil dana investor seperlunya saja. Kenapa? karena jika ide bisnis mu benar benar brilian dan di eksekusi dengan baik, kamu tidak akan butuh banyak uang dari investor karena bisnis tersebut mampu membiayai dirinya sendiri.

Sumenep, 16 May 2023

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *